Monday, April 21, 2008
Pertunjukan Tari Ballet untuk bude Binny
Waktu bude Binny menginap di rumah, Aruna tak lupa memberi kenang-kenangan berupa pertunjukan menari. Iya, maksudnya Aruna kasih lihat ke bude Binny kalau dia udah bisa jinjit dan muter kayak butterfly atau swan lake. Iya deh, hitung-hitung melatih keberanian dan percaya diri (halah, kalau ini sih memang rada kepedean si Aruna, berani malu yang jelas! hehehe...).
Sunday, April 20, 2008
Displaying Aruna's Art
Selama ini Aruna banyak menuangkan coretannya di buku gambar. Sudah banyak buku gambar yang dia gunakan, namun jarang sekali kami bisa menikmati hasil karyanya dengan sungguh-sungguh. Maksudnya kadang kami hanya melihatnya di buku gambarnya jika ingin melihat kembali perjalanan kreativitasnya. Aruna pun demikian, karena setelah menggambar dari lembar ke lembar berikutnya, dia seakan tidak 'connect' dengan gambar-gambarnya tersebut.
Ibu dan ayah berpikir bahwa sebaiknya hasil karya terbaik Aruna (dan nantinya Nara) dipajang di ruang tamu atau ruang manapun untuk bisa dinikmati kapan saja dan oleh siapa saja. Selain Aruna bisa terpacu untuk membuat karya seni yang indah, karena akan ada banyak proses yang terjadi misalnya dialog, atau pencarian inspirasi melalui karya yang akan dia berikan. Ini juga merupakan kesempatan untuk Aruna belajar mendeskripsikan apa yang dibuatnya ketika nanti ada yang bertanya. Melihat pentingnya hal ini, menjadikan ruang tamu sebagai 'mini art gallery' adalah salah satu komitmen ibu dan ayah untuk mengapresiasi hasil karya seni anak-anak.
Apa saja media yang ibu pakai untuk men'display' karya seninya bagi publik?
1. Gambar dalam pigura atau kanvas di dinding
2. Art Wire, untuk menggantung hasil art and craft yang berbentuk kecil-kecil atau yang mempunyai jalan cerita.
3. Buletin dinding, mirip dengan art wire, hanya dalam bentuk papan.
4. Meja display untuk karya natural.
Nah, kesempatan menunjukkan karya-karya tersebut dilakukan ketika kita mengadakan acara di rumah. Misalnya syukuran, atau ulang tahunan atau acara lainnya yang dibuat khusus atau dibarengkan dengan pergantian tema art gallery-nya. Jadi, bersama Aruna, ibu dan ayah membantu memilih karya-karya terbaik (atau disesuaikan dengan tema) atau juga hasil foto-foto kegiatan.
Banyak hal yang dipelajari bersama dalam proses ini, Aruna bisa mengambil inisiatif atas proses karena memang hal ini menyangkut karya-karyanya dan sekaligus belajar mengambil keputusan atas apa yang ingin dia (dan harus kami dukung) untuk dilakukannya. Mudah-mudahan kami bisa tetep meneruskan apa yang dikatakan eyang Pablo Picasso disini.
Doakan kami ya!
Ibu dan ayah berpikir bahwa sebaiknya hasil karya terbaik Aruna (dan nantinya Nara) dipajang di ruang tamu atau ruang manapun untuk bisa dinikmati kapan saja dan oleh siapa saja. Selain Aruna bisa terpacu untuk membuat karya seni yang indah, karena akan ada banyak proses yang terjadi misalnya dialog, atau pencarian inspirasi melalui karya yang akan dia berikan. Ini juga merupakan kesempatan untuk Aruna belajar mendeskripsikan apa yang dibuatnya ketika nanti ada yang bertanya. Melihat pentingnya hal ini, menjadikan ruang tamu sebagai 'mini art gallery' adalah salah satu komitmen ibu dan ayah untuk mengapresiasi hasil karya seni anak-anak.
Apa saja media yang ibu pakai untuk men'display' karya seninya bagi publik?
1. Gambar dalam pigura atau kanvas di dinding
2. Art Wire, untuk menggantung hasil art and craft yang berbentuk kecil-kecil atau yang mempunyai jalan cerita.
3. Buletin dinding, mirip dengan art wire, hanya dalam bentuk papan.
4. Meja display untuk karya natural.
Nah, kesempatan menunjukkan karya-karya tersebut dilakukan ketika kita mengadakan acara di rumah. Misalnya syukuran, atau ulang tahunan atau acara lainnya yang dibuat khusus atau dibarengkan dengan pergantian tema art gallery-nya. Jadi, bersama Aruna, ibu dan ayah membantu memilih karya-karya terbaik (atau disesuaikan dengan tema) atau juga hasil foto-foto kegiatan.
Banyak hal yang dipelajari bersama dalam proses ini, Aruna bisa mengambil inisiatif atas proses karena memang hal ini menyangkut karya-karyanya dan sekaligus belajar mengambil keputusan atas apa yang ingin dia (dan harus kami dukung) untuk dilakukannya. Mudah-mudahan kami bisa tetep meneruskan apa yang dikatakan eyang Pablo Picasso disini.
Saturday, April 19, 2008
Syukuran Gado-gado
Hari ini, ibu dan ayah mengadakan acara syukuran di rumah. Syukurannya dalam rangka banyak sekali, antara lain kelulusan doctoral ayah, dterimanya kerja ayah, berkumpulnya kembali kami sekeluarga di Manchester, pindahan rumah baru, dan ulang tahun Aruna. Banyak sekali tamu yang datang, sekitar 80an lebih orang, rumah bener-bener 'full house' deh! Walaupun rumah ini berasa lebih besar, tetapi tetep saja terasa 'kurang besar'!
Selama persiapan, Aruna banyak membantu ibu, mulai dari menyiapkan makanan yang jumlah dan jenisnya juga banyak. Kebetulan untuk makanan utamanya, ibu memasak lontong sate, gado-gado, kambing guling, dan bakso. Aruna terlibat waktu pembuatannya, mulai dari kupas bawang putih, atau sampai kupas telur pas hari H. Persiapan lainnya adalah soal barang-barang pindahan. Yang jelas, karena Aruna punya kamar sendiri (yang jadi tempat bermain anak-anak), dia juga membantu membersihkan barang-barang mainannya sendiri.
Pada harinya, walaupun banyak orang datang, dan kebanyakan tidak terlalu dikenal Aruna, untungnya Aruna bisa menyesuaikan diri, tidak rewel, walau misalnya makannya diambilkan orang lain. Iya soalnya ibunya malah sibuk ngurusi orang lain! Piye tho, ibunya ini!
Selama persiapan, Aruna banyak membantu ibu, mulai dari menyiapkan makanan yang jumlah dan jenisnya juga banyak. Kebetulan untuk makanan utamanya, ibu memasak lontong sate, gado-gado, kambing guling, dan bakso. Aruna terlibat waktu pembuatannya, mulai dari kupas bawang putih, atau sampai kupas telur pas hari H. Persiapan lainnya adalah soal barang-barang pindahan. Yang jelas, karena Aruna punya kamar sendiri (yang jadi tempat bermain anak-anak), dia juga membantu membersihkan barang-barang mainannya sendiri.
Pada harinya, walaupun banyak orang datang, dan kebanyakan tidak terlalu dikenal Aruna, untungnya Aruna bisa menyesuaikan diri, tidak rewel, walau misalnya makannya diambilkan orang lain. Iya soalnya ibunya malah sibuk ngurusi orang lain! Piye tho, ibunya ini!
Gambar Abstrak Aruna
(penggarapannya dilakukan setelah dimarahi ibu,
biasanya dia memang sibuk mengalihkan 'upset'nya dengan melakukan sesuatu)
lukisan dengan cat acrylic pertama Aruna
biasanya dia memang sibuk mengalihkan 'upset'nya dengan melakukan sesuatu)
lukisan dengan cat acrylic pertama Aruna
Membantu belanja
Aruna senang menawarkan bantuannya membawakan belanjaan. Kalau setiap kali mau belanja di dekat rumah, wah gayanya sibuk bener bawa tas punggung dan kereta dolly-nya. Lumayanlah kalau buat membantu mengangkut juice atau telur atau apa saja yang sedang pengen dibantunya. Iya, syaratnya dia yang pilih apa yang mau dibawakannya. Soalnya, kata Aruna, keretanya ini sebenarnya tempat si Amrika (bonekanya), jadi bawaannya gak boleh yang kotor (semacam sayur, kentang). Kalau yang di tas punggungnya, jangan berat-berat, soalnya bisa 'gelebak', maksudnya jatuh terlentang karena keberatan. Duh, perasaan kartun amat sih kamu, nak! Yang lucunya tiap pergi, dia kudu pamitan sama Amrika dan bilang kalau dia pinjam keretanya buat membantu ibu, trus Amrika diminta jaga rumah dan jangan menangis! :)
Monday, April 14, 2008
Ballet
Setelah sekian lama senang goyang pinggul, muter seser seperti gangsingan, atau jinjit, lompat-lompat kecil dalam pakaian fairy-nya, demi membuktikan diri Aruna bisa dan senang menari, akhirnya kesampaian jugalah Aruna untuk ikut kelas ballet di South Manchester Ballet School. Walaupun kelasnya cuma seminggu sekali, cuma setap hari dia latihan juga dengan musik di rumah. Duuh..duh senengnya dia bisa ikut kelas ballet.
Ibu juga meminjamkan Aruna CD tentang belajar ballet di library dan sebuah buku tentang Katie yang sebelumnya tak suka belajar ballet namun akhirnya senang dengan tap dancing.
Sebenarnya dengan menari ballet, tak hanya olah tubuh yang dipelajari Aruna. Dia juga berlatih disiplin karena ibu selalu anjurkan Aruna untuk banyak berlatih supaya cepat bisa (maksudnya bukan di'drill' loh ya, cuma ingin tahu seberapa kuat keinginannya untuk latihan ballet ini), kemampuan musiknya juga berkembang karena belajar kapan mulai masuk gerakan berdasarkan musiknya juga, atau belajar konsentrasi, memperhatikan ibu gurunya dan juga sosialisasi tentunya.
Saturday, April 12, 2008
Menggambar di Luar Ruangan
Menggambar objek yang nyata, di depan pandangan mata, menjadi salah satu kegiatan Aruna yang baru. Apalagi matahari kini mulai sering bersinar cerah, ya udah langsung saja ibu dan Aruna mengangkuti semua peralatan menggambar plus dengan rug plastik. Kalau untuk adik Nara, biar tidak terlalu mengganggu, ibu bawakan instrumen musik atau walkernya untuk menyibukkan diri atau ibu ajak berkebun. Soalnya kalau dikumpulin berdua, Aruna sukanya protes melulu dan sibuk ngomelin adiknya, dan gak lama acara menggambarnya jadi bubar:(
Nah apa saja yang digambar Aruna? Biasanya dia berniat menggambar bunga, atau kupu-kupu. Untuk kupu-kupu ini, wah binatang yang satu ini memang kesenangannya Aruna. Setiap menggambar, ya ujung-ujungnya yang digambar ya kupu-kupu, walaupun objeknya tidak kelihatan. Kalau diajak bercerita mengenai proses menggambarnya, sebenarnya dia mulai bisa menjelaskan bahwa dia sedang menggambar objek tertentu, mengapa dia memilih warna tersebut dsb, cuma jangan dilihat hasilnya hehehehe.....jauhlah dari kenyataannya, cuma senang juga dia bisa mulai menikmati proses menuangkan apa yang dilihat/dipikirkannya ke dalam sebuah gambar.
Nah apa saja yang digambar Aruna? Biasanya dia berniat menggambar bunga, atau kupu-kupu. Untuk kupu-kupu ini, wah binatang yang satu ini memang kesenangannya Aruna. Setiap menggambar, ya ujung-ujungnya yang digambar ya kupu-kupu, walaupun objeknya tidak kelihatan. Kalau diajak bercerita mengenai proses menggambarnya, sebenarnya dia mulai bisa menjelaskan bahwa dia sedang menggambar objek tertentu, mengapa dia memilih warna tersebut dsb, cuma jangan dilihat hasilnya hehehehe.....jauhlah dari kenyataannya, cuma senang juga dia bisa mulai menikmati proses menuangkan apa yang dilihat/dipikirkannya ke dalam sebuah gambar.
Friday, April 11, 2008
Sensory Room
Aruna senang bermain di 'sensory room' di Old Moat Children Centre. Ruangan ini memang diperuntukkan untuk relaksasi. Sambil mendengarkan musik tenang, menikmati berbagai benda yang merangsang panca indera, seperti ada tabung gelembung air yang berganti-ganti warna, karpet yang ada lampunya, langit-langit yang bagaikan bertabur bintang, lampu disco, tempat tidur air, 'treasure basket' yang berisi berbagai mainan halus maupun kasar, dan masih ada berbagai stimulan lainnya. 'Sensory room' ini kami datangi setiap kali kami selesai menimbang Nara, dan biasanya hanya kami bertiga saja yang menikmati. Lumayan ibu bisa relaksasi barang 10-15 menit, Aruna bisa tiduran sambil memandang bintang di langit dan Nara bisa bermain lampu tali yang berganti-ganti warna atau menonton dirinya di depan kaca. Semuanya bisa tenang dan senangnya ibu, karena anak-anak memang self-content, jadi kesempatan untuk memberi waktu pada diri sendiri:)
Saturday, April 05, 2008
Spring is here!
Akhirnya yang namanya musim semi, benar-benar datang....
Iya, maksudnya matahari mulai hangat bersinar dan bunga-bunga sudah mulai bermekaran. Jadwalnya sih harusnya sejak bulan Maret lalu, tapi hangatnya baru terasa sekarang :)
Menyambut musim semi ini, ibu sudah menyiapkan buku-buku yang bisa dibaca Aruna yang berkaitan dengan alam, binatang, dan cerita terkait. Ibu juga sudah membuatkan 'pesanan' burung dari kain flanel untuk Aruna buat digantung di jendela. Tujuannya biar burung-burung pada mau datang. Hehehe...kalau itu mah harus dibuatkan birdfeeder, Aruna!
Aruna sendiri, pasti akan sibuk dengan butterfly project-nya. Katanya dia mau bikin banyak sekali kupu-kupu! Iya deh, apa-apa sekarang pokoknya harus ada kupu-kupunya!
Tuesday, April 01, 2008
(1) Terima aku apa adanya, Ibu!
Duh, hari-hari terakhir ini, Ibu sering mendengar kata-kata itu di telinga ibu. Bukannya dibisiki oleh siapa-siapa, cuma terngiang-ngiang sendiri, suara hati kali ya.... Beberapa waktu lalu, Aruna sudah minta tidur sendiri di kamarnya. Yah Aruna memang memiliki kamar sendiri sekarang. Lemari pakaian, mainan, perlengkapan belajarnya, semuanya disusun rapi di kamar itu. Dia tahu betul bahwa kamarnya harus rapi (dan memang Aruna model anaknya rapi dan teratur, kelihatannya, persis ayahnya!). Dia senang dengan kamar barunya, dia senang karena dia diberikan 'ruang' untuk dirinya, boleh melakukan apa saja di kamarnya.
Tapi kalau anak Ibu mau tidur sendiri? Wow, masak sih anak ibu minta tidur sendiri?
Yang aneh adalah perasaan Ibu yang 'belum bisa menerima' ditinggal Aruna bobok. Bayangin selama 3 tahun ini, kami selalu tidur bersama, kelonan terus, istilah orang Jawa. Walaupun ada Nara, Aruna juga gak jauh-jauh tidurnya dari Ibu. Waktu di Indonesia kemarin, juga kadang bobok sama eyang muti dan eyang kakung di kamarnya eyang, tapi malah ibu tidak merasa kehilangan seperti ini. Iya kayak mau ditinggal kemana gitu....nelangsa rasanya ditinggal Aruna tidur di kamar sebelah.
...bukannya orang lain sejak bayi 6 bulan sudah pada 'pisah ranjang' sama bapak ibunya. Dan berarti di umur 3 tahun ini, Aruna malah terhitung terlambat?
Wah terserah deh apa kata buku2 tentang mendidik bayi yang dikeluarkan para psikolog itu... naluri ibu tetep mengatakan, lebih tenang tidur bareng anak , lebih hangat dan gak pikiran...
Lebih senang karena besuk pagi yang pertama dilihat adalah senyum Aruna, atau bisa nyiumi sampai Aruna terbangun. Atau Ibu yang dibangunkan Aruna karena mau mimik susu dan dia sibuk berusaha membuka kancing baju...hehehe.....Biar kita empet-empetan bertiga karena ayahmu yang super gede, atau biar ada adikmu yang juga jadi saingan kamu, rebutan ibu di tempat tidur, tetep membayangkan Aruna tidur ngga di sebelah ibu...halah nduk...nduk kayaknya lebih pengen ayahmu yang pindah tidur aja deh! (peace, yah!)
Aruna...Aruna...terlalu banyak kenangan manis kita di tempat tidur.
Bukankah harusnya bangga ya anaknya mau pindah tidur sendiri? Tanpa dipaksa, tanpa di'training'. Itu kata hati ibu yang lain.... Iya siy, harusnya tetep ibu suportif dengan keputusan Aruna, dan dalam tindakan ya sebenarnya sudah ibu lakukan sebisanya untuk mendukung keputusan itu. Tapi tetep normal khan kalau ibu merasa kehilangan atau ini sudah menjadi disorder karena attachment yang ibu terapkan dalam pengasuhan Aruna ya....? Duh kayaknya ibu harus terus menggali dan menerima walaupun itu sakit, tapi ibu percaya Aruna memang sudah menemukan 'saatnya'.
Tapi kalau anak Ibu mau tidur sendiri? Wow, masak sih anak ibu minta tidur sendiri?
Yang aneh adalah perasaan Ibu yang 'belum bisa menerima' ditinggal Aruna bobok. Bayangin selama 3 tahun ini, kami selalu tidur bersama, kelonan terus, istilah orang Jawa. Walaupun ada Nara, Aruna juga gak jauh-jauh tidurnya dari Ibu. Waktu di Indonesia kemarin, juga kadang bobok sama eyang muti dan eyang kakung di kamarnya eyang, tapi malah ibu tidak merasa kehilangan seperti ini. Iya kayak mau ditinggal kemana gitu....nelangsa rasanya ditinggal Aruna tidur di kamar sebelah.
...bukannya orang lain sejak bayi 6 bulan sudah pada 'pisah ranjang' sama bapak ibunya. Dan berarti di umur 3 tahun ini, Aruna malah terhitung terlambat?
Wah terserah deh apa kata buku2 tentang mendidik bayi yang dikeluarkan para psikolog itu... naluri ibu tetep mengatakan, lebih tenang tidur bareng anak , lebih hangat dan gak pikiran...
Lebih senang karena besuk pagi yang pertama dilihat adalah senyum Aruna, atau bisa nyiumi sampai Aruna terbangun. Atau Ibu yang dibangunkan Aruna karena mau mimik susu dan dia sibuk berusaha membuka kancing baju...hehehe.....Biar kita empet-empetan bertiga karena ayahmu yang super gede, atau biar ada adikmu yang juga jadi saingan kamu, rebutan ibu di tempat tidur, tetep membayangkan Aruna tidur ngga di sebelah ibu...halah nduk...nduk kayaknya lebih pengen ayahmu yang pindah tidur aja deh! (peace, yah!)
Aruna...Aruna...terlalu banyak kenangan manis kita di tempat tidur.
Bukankah harusnya bangga ya anaknya mau pindah tidur sendiri? Tanpa dipaksa, tanpa di'training'. Itu kata hati ibu yang lain.... Iya siy, harusnya tetep ibu suportif dengan keputusan Aruna, dan dalam tindakan ya sebenarnya sudah ibu lakukan sebisanya untuk mendukung keputusan itu. Tapi tetep normal khan kalau ibu merasa kehilangan atau ini sudah menjadi disorder karena attachment yang ibu terapkan dalam pengasuhan Aruna ya....? Duh kayaknya ibu harus terus menggali dan menerima walaupun itu sakit, tapi ibu percaya Aruna memang sudah menemukan 'saatnya'.
Subscribe to:
Posts (Atom)